Beberapa ulama dan pimpinan pondok pesantren (ponpes) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengaku resah telah mendapat intimidasi dari orang yang tidak mereka kenal.
Bentuk intimidasi yang sering dilontarkan kepada para ulama berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) yang menurut rencana digelar Oktober 2010 mendatang.
Abdul Mutholib, pimpinan ponpes yang sering mendapat intimidasi, mengaku sering mendapat SMS yang isinya mengintimidasinya. Menurut dia, isi SMS tersebut menyebutkan bahwa seluruh kiai dan santri harus memilih dan mendukung salah satu calon walikota dalam Pilkada Tangsel. Sayangnya ia enggan menyebutkan kandidat walikota Tangsel tersebut.
Selain itu, dalam SMS itu juga disebutkan, bila tidak mendukung dan memilihnya, salah satu calon akan melakukan pengungkapan terhadap semua permasalahan yang ada di lingkungan ponpes dan sekolah.
“Kami para pengurus ponpes merasa selalu diintimidasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kami akan melaporkan masalah ini kepada pihak yang berwajib,” kata Mutholib kepada TangerangOnline di kawasan Pondok Aren, Kota Tangsel.
Dia menambahkan soal ajakan dan imbauan untuk mendukung dan memilih salah satu calon, itu adalah hal yang biasa. Namun pemaksaan dan intimidasi terhadap para pengurus ponpes itu sudah melebihi batas-batas tertentu. “Tindakan itu tidak mencerminkan hal positif dan dapat memicu kesenjangan sosial di tengah-tengah masyarakat,” kata dia.
Di tempat terpisah, Ketua PAC Pemuda Pancasila Pondok Aren Muslih mengatakan, sangat menyesalkan adanya tindakan oknum yang telah melakukan pengancaman terhadap para ulama dan pengurus ponpes setempat. “Ulama dan kiai adalah bagian dari pengamanan warga masyarakat. Tidak seorang pun yang bisa dan berhak untuk melakukan pengancaman terhadap para ulama,” kata Muslih.
Bentuk intimidasi yang sering dilontarkan kepada para ulama berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) yang menurut rencana digelar Oktober 2010 mendatang.
Abdul Mutholib, pimpinan ponpes yang sering mendapat intimidasi, mengaku sering mendapat SMS yang isinya mengintimidasinya. Menurut dia, isi SMS tersebut menyebutkan bahwa seluruh kiai dan santri harus memilih dan mendukung salah satu calon walikota dalam Pilkada Tangsel. Sayangnya ia enggan menyebutkan kandidat walikota Tangsel tersebut.
Selain itu, dalam SMS itu juga disebutkan, bila tidak mendukung dan memilihnya, salah satu calon akan melakukan pengungkapan terhadap semua permasalahan yang ada di lingkungan ponpes dan sekolah.
“Kami para pengurus ponpes merasa selalu diintimidasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kami akan melaporkan masalah ini kepada pihak yang berwajib,” kata Mutholib kepada TangerangOnline di kawasan Pondok Aren, Kota Tangsel.
Dia menambahkan soal ajakan dan imbauan untuk mendukung dan memilih salah satu calon, itu adalah hal yang biasa. Namun pemaksaan dan intimidasi terhadap para pengurus ponpes itu sudah melebihi batas-batas tertentu. “Tindakan itu tidak mencerminkan hal positif dan dapat memicu kesenjangan sosial di tengah-tengah masyarakat,” kata dia.
Di tempat terpisah, Ketua PAC Pemuda Pancasila Pondok Aren Muslih mengatakan, sangat menyesalkan adanya tindakan oknum yang telah melakukan pengancaman terhadap para ulama dan pengurus ponpes setempat. “Ulama dan kiai adalah bagian dari pengamanan warga masyarakat. Tidak seorang pun yang bisa dan berhak untuk melakukan pengancaman terhadap para ulama,” kata Muslih.